Kamis, 04 Agustus 2011

dicurangi waktu

Kadang kita hanya saling memandang tanpa sepatah kata, kadang kamu menertawai kebodohanku, kadang kamu hanya tersenyum di ujung sana, sampai kadang juga kita membicarakan ‘kita’ dengan cara yang konyol.
Ya belakangan, kamu sering sekali mampir ke mimpiku dengan cara-cara seperti itu. Tidak ada alasan lain yang lebih pas.. Ya pasti, pasti aku sedang kangen. Kangen banget. Tapi sekali lagi, aku hanya bisa diam kan? Diam dan menyimpannya sendiri adalah satu-satunya cara. Cara supaya semua tetap berjalan ‘baik-baik saja’ seperti ini. Kamu dengan kehidupanmu yang memang sudah baik-baik saja karena sudah berhasil menghilangkanku. Dan aku dengan kehidupanku yang tentu saja belum baik-baik saja karena ternyata memang belum berhasil menghilangkanmu.
Kalau sudah begini, aku merasa dicurangi waktu. Sepertinya waktumu berjalan lebih cepat dari waktuku.
Aku masih mandi berkubang di bak masa lalu sambil menanti jemuran bajuku kering supaya bisa dipakai lagi. Sementara kamu bahkan sudah bersih, rapih dan siap untuk membeli baju baru.
Aku masih merevisi beberapa kesalahan layout masa lalu. Sementara kamu bahkan sudah menyelesaikan proses FA dan bersiap mendapat job brief baru.

Siapa bilang aku tidak berusaha menghilangkanmu?
Aku berusaha. Berusaha berpura-pura untuk tidak kangen. berusaha berpura-pura untuk tidak ingin membukai profile akun-akunmu. Berusaha berpura-pura untuk tidak ingin mengintip foto masa kecilmu di buku jurnalku. Berusaha berpura-pura lagi, lagi dan lagi mengatakan bahwa aku sudah berhasil menendangmu dari ingatanku.
Lalu pada akhirnya aku menyerah dan kembali lagi untuk kangen, kembali membukai profile akun-akunmu, kembali mengintip foto masa kecilmu lalu kembali menertawainya, dan kembali menyadari kalau kamu bahkan masih melompat-lompat dengan liarnya di ingatanku. setiap hari!

Selasa, 02 Agustus 2011

pelarian atau apalah itu...

ini bukan sebuah bentuk pelarian. tapi sebut saja begitu juga tak apa. memang kenyataannya begitu. saya hanya (sedikit) berkelit. biar keliatan keren.
ah sudahlah, jadi intinya saya butuh tempat baru untuk melepaskan balon-balon kata yang belum dan tidak mungkin bisa dijelaskan oleh gerak lidah. belakangan, saya merasa balon-balon kata saya memenuhi ruang. bercecer dimana-mana. di layout kerjaan, di gelas kopi, di toples camilan, di laci meja, di lemari baju, di tangga lantai 4 kantor, di angkot 21 yang sering saya naiki, dan semua tempat yang biasa saya singgahi hanya untuk sekedar bengong.

dan bahkan 'tempat sampah' saya yang sebelumnya juga sudah mulai penuh dengan balon-balon yang diikat paksa sebelum udaranya penuh hanya supaya terlihat lebih 'pas' disana. 



baiklah... ini tempat baru saya.. dan mulai sekarang, mari menulis apapun sesuka hati tanpa dikebiri perasaan ini itu. :)